Jumat, 11 Oktober 2013

Permainan Malin Kundang

3 hari sebelum Idul Fitri (8 Agustus 2013), rumah eyang dan kakek sudah diramaikan oleh anak-anak, menantu dan cucu-cucunya. Kala itu semuanya berkumpul di rumah eyang dan kakek.
ke lima cucunya (mbak Ais, dek azam, mbak nabila, dek nayla, dan kakak alfi) begitu menikmati bermain bersama-sama. Anak saya yang biasanya bobonya teratur jam 8 malem paling telat, kali ini bisa mencapai jam 10 malam, karena keasyikan bermain.

Ada satu permainan yang saya perkenalkan pada saat itu, permainan ini merupakan permainan saya masih kecil, mungkin juga bagi pembaca blog ini. dan ternyata permainan ini memang hampir punah, memaang terlalu dini menyimpulkannya, karena hanya 3 fakta yang saya dapat, saya menanyakan kepada mbak ais (yang sudah duduk di bangku Sekolah Dasar kelas 3) tentang permainan malin kundang. mbak ais malah balik tanya permainan apa gerangan, rupanya beliau belum pernah memainkannya selama ini. hehehehe.
Tanya ke mbak  nabila (yang duduk di kelas 1 sekolah dasar) juga demikian, belum mengenal permainan "malin kundang". mbak nayla yg duduk di bangku TK juga, apalagi dek Azam dan kak Alfi yang notabene usianya sama dan belum sekolah saat itu

Baikla, tugas saya sebagai orang tua melestarikan permainan tradisional (seperti pada posting saya yang lain di blog ini) dengan cara mengajak dan memperkenalkan permainan ini kepada mereka. (semoga permainan ini di bawa ke lingkungan mereka, dan dimainkan bersama-sama anak seusia mereka). Jujur saya cukup khawatir dengan perkembangan permainan anak saat ini, yang kebanyakan main secara digital, bersifat individu dan minim kegiatan fisik, yang mana menurut saya kegiatan fisik dan permainan anak-anak tradisional lebih mengasyikan dan memiliki banyak nilai positifnya. Banyak di permainan tradisional anak-anak mengandung unsur kebersamaan, kerjasama, kepemimpinan, disiplin, tanggung jawab, kejujuran dan masih banyak hal positif lainnya.

Baiklah cukup prolognya, mari kita masuk ke topik utama, yaitu permainan "Malin Kundang". Permainan ini dapat dilakukan oleh minimal 2 orang, makin banyak peserta makin seru dan asik.. heheheh

Sebelum permainan dimulai, disepakati dulu pada angka-angka berapa malin kundang harus tetap menjadi batu (tidak boleh bergerak) misal angka 1, 5, 7 . Angka ini harus diingat tiap peserta, karena jika ia lupa di angka ini ia tidak boleh bergerak, maka ia bisa menjadi sang Emak.

Sebelumnya harus hompimpa dulu sampai ada sisa satu anak/peserta yang kalah dan mendapat bagian "emak",
anak ini berdiri sekitar 5-10 langkah dari peserta lain (yang akan menjadi malin kundang). jarak antara anak yg menjadi emak dan menjadi malin kundang dapat disesuaikan dengan lokasi permainan, seberapa luas tempat yang ada.


kemudian sang emak tadi membelakangi para malin kundang yang berada di belakangnya seperti gambar diatas.

Permainan di mulai dengan menyanyikan lagu malin kundang secara bersama sama, dan masih dalam posisi masing-masing

Setelah lagu selesai maka para malin kundang menjadi patung dengan gaya yang aneh-aneh atau lucu. Disaat bersamaan sang emak akan menyebut "satu" sambil menoleh ke belakang, dan memperhatikan para malin kundang yang sudah menjadi batu (maksimal 5 detik), jika ada malin kundang yang bergerak, maka peran emak di gantikan oleh malin kundang malang itu. dan permainan dimulai dari awal lagi.






Jika semua malin kundang tidak ada yang bergerak selama di pantau emak, maka emak kembali membelakangi para malin kundang, dan saat inilah para malin kundang berusaha mendekati emak untuk menyentuh emak sebelum hitungan emak sampai ke hitungan sepuluh, jika sampai hitungan ke sepuluh, emak tidak tersentuh oleh salah satu malin kundang, maka para malin kundang ini diwajibkan hompimpa hingga tersisa satu peserta yang kalah yang akan menjadi pengganti emak.
peserta yang pada permainan sebelumnyanya menjadi Emak, otomatis akan menjadi malin kundang dan permainan dimulai dari awal lagi.

Emak melanjutkan hitungannya dua, tiga, empat (para malin kundang pun terus berusaha mendekati emak agar bisa di sentuh), tapi pada saat hitungan ke lima, speerti perjanjian sebelumnya tidak ada malin kundang yang boleh bergerak, dan emak pun melakukan inspeksi untuk memastikan tidak ada yang bergerak, seperti pada hitungan satu tadi.

hitungan di lanjutkan enam, tujuh (inspeksi lagi), dan misal pada hitungan delapan atau sebelum sepuluh ada malin kundang yang berhasil menyentuh emak, maka semua malin kundang berlari, agar tidak dapat ditangkap emak (disini tantangannya, malin kundang harus ada yg berani dan bertanggung jawab, untuk menyentuh emak agar permainan berlanjut), jika tidak ada yang berani sampai hitungan sepuluh, maka salah satu dari para malin kundang inilah yang akan menggantikan sang emak dengan ditentukan nasibnya oleh hompimpa atau suit.

setelah emak tersentuh maka emak berusaha menangkap para malin kundang yg durhaka tadi, sampai semuanya tertangkap atau tersentuh (ada baiknya agar si emak ga terlalu jengkel area berlalri dibatasi, sehingga permainan pun akan lebih menantang dan seru)

Demikian bagian pertama dalam upaya saya untuk melestarikan permainan tradisional untuk anak-anak.

Semoga ini dapat membangkitkan kenangan dan semangat kita untuk membentuk anak-anak untuk lebih bisa menikmati masa kanak-kanaknya dan mendapatkan banyak hal-hal positif dalam masa tumbuh kembang mereka

Salam,
A.Yosheri




Tidak ada komentar:

Posting Komentar