Tadi malam saya memeriksa kantong-kantong yang ada di dompet saya. Dan sungguh menakjubkan saya menemukan potongan ATM di dompet saya tersebut.<br />
Kilas balik sedikit mengenai dompet saya yang saya miliki saat ini, dompet ini merupakan pemberian pacar saya (sekarang istri saya) saat saya berulang tahun, tahun 2004, artinya dompet ini sudah menemani saya 8 tahun pada tahun ini, dan masih tetap bagus dan terawat. Tahun 2004, merupakan masa saya masih mengenyam pendidikan di bangku kuliah.
Kala kuliah saya juga memiliki penghasilan sendiri dengan menjadi Asisten Laboratorium di universitas tempat saya kuliah. dan masih terngiang di ingatan saya tahun 2004 itu juga lah saya menjadi asisten laboratorium, artinya tahun itulah pertama kali saya mendapatkan upah dari keringat saya secara bulanan. karena sudah memiliki penghasilan yang boleh dikatakan tidak besar jikalau tidak ingin dikatakan kecil, maka saya beserta teman saya (teman seperjuangan, satu kelas, suka tidur dikosan saya, bersama-sama ikut tes asisten laboratorium yang sama, dan menjadi asisten laboratorium yang sama, bahkan pernah satu kantor setelah lulus kuliah dan masih tetap kontak hingga saat ini) membuat rekening di salah satu bank yang berada di kampus. Dan rekening inilah yg menjadi rekening tampungan untuk upah yg saya terima.
Untuk nomor rekeningnya saya sudah lupa, begitupun buku tabungannya entah kemana, tapi potongan dari kartu ATM rekening penampung penghasilan pertama saya, masih tersimpan baik di dompet saya, nomor kartu masih cukup jelas dan nama saya juga jelas tercetak di kartu tersebut. Ingat kala itu jikalau sudah akhir bulan suka buru-buru ke ATM tuk menyedot upah yang saya terima, meski tidak banyak, tapi lumayan untuk ukuran mahasiswa.
Dengan ini saya lampirkan potongan sejarah dalam hidup saya :)
Jumat, 21 Desember 2012
Hari Pertama Anak ku (Alfian) Berjalan (momen kenangan tumbuh kembang anak)
10 April 2012 "krokok krokok" ringtone suara kodok berbunyi di hp ku. Kala itu tepat pukul 1430. ringtone itu menunjukan bahwa ada pesan teks (SMS) yang diterima. Pesan yang kuterima dikirim dari istri ku tersayang, Pesan yang di kirim berisi : "Pa2,alfi udh bs jln.."
Mendapat SMS ini hati ku sungguh riang tak terkira, ucap syukur Alhamdulillah kepada Allah, terus ku lafazkan, tak sabar ingin segera pulang ke rumah untuk melihat anakku berjalan sendiri.
Usianya kala itu 1 tahun 3 bulan 4 hari. Sesampainya saya di rumah, saya disambut oleh anak saya yg berjalan dan mamanya yang berjaga2 di belakang untuk menghindari kemungkinan Alfi terjatuh. Ya sungguh bahagia melihat buah hati kami tumbuh berkembang. Masuk kedalam rumah semakin mencengangkan, karena anak kami berjalan bolak balik dari ruangan ke ruangan lain di dalam rumah, ini hari pertamanya berdiri sendiri, tapi anak ku tampak seperti sudah lama bisa jalan sendiri. hehehehe, sangat senang hari itu, mengingat anakku telah bisa berjalan sendiri, dan setelah puas berjalan saat kugendong, tampak anak ku kelelahan, di beri 1 botol susu besar, langsung dihabiskan dalam sesaat. Dan malam telah tiba. saatnya untuk tidur....
Alhamdulillah, terimakasih ya Allah, Engkau telah memberikan karunia kepada kami sekeluarga... Alhamdulillah...
Mendapat SMS ini hati ku sungguh riang tak terkira, ucap syukur Alhamdulillah kepada Allah, terus ku lafazkan, tak sabar ingin segera pulang ke rumah untuk melihat anakku berjalan sendiri.
Usianya kala itu 1 tahun 3 bulan 4 hari. Sesampainya saya di rumah, saya disambut oleh anak saya yg berjalan dan mamanya yang berjaga2 di belakang untuk menghindari kemungkinan Alfi terjatuh. Ya sungguh bahagia melihat buah hati kami tumbuh berkembang. Masuk kedalam rumah semakin mencengangkan, karena anak kami berjalan bolak balik dari ruangan ke ruangan lain di dalam rumah, ini hari pertamanya berdiri sendiri, tapi anak ku tampak seperti sudah lama bisa jalan sendiri. hehehehe, sangat senang hari itu, mengingat anakku telah bisa berjalan sendiri, dan setelah puas berjalan saat kugendong, tampak anak ku kelelahan, di beri 1 botol susu besar, langsung dihabiskan dalam sesaat. Dan malam telah tiba. saatnya untuk tidur....
Alhamdulillah, terimakasih ya Allah, Engkau telah memberikan karunia kepada kami sekeluarga... Alhamdulillah...
Menjamurnya Waralaba Makanan
Sudah cukup lama saya tidak menulis di blog ini, saat ini ada sedikit keinginan untuk memulai kegiatan yang saya sukai (menulis). kenapa saya sudah lama tidak menulis di blog ini. Karena aktifitas yang padat. dan sedikit kendala teknis mengenai penggunaan editing di Blog. :D
Baikla, kali ini tulisan saya berkaitan dengan tugas dari tempat saya mengenyam pendidikan saat ini. Tugas ini merupakan tugas pertama saya membuat penulisan, di tempat baru saya mengenyam pendidikan yang notabene saya tidak memiliki bekal apapun dalam ilmu ini. hehehehe. Jikalau banyak salah atau sulit dimengerti, saya mohon maaf... Semoga dapat bermanfaat bagi rekan-rekan yang membacanya. Terimakasih :)
Baikla, kali ini tulisan saya berkaitan dengan tugas dari tempat saya mengenyam pendidikan saat ini. Tugas ini merupakan tugas pertama saya membuat penulisan, di tempat baru saya mengenyam pendidikan yang notabene saya tidak memiliki bekal apapun dalam ilmu ini. hehehehe. Jikalau banyak salah atau sulit dimengerti, saya mohon maaf... Semoga dapat bermanfaat bagi rekan-rekan yang membacanya. Terimakasih :)
Menjamurnya Waralaba Makanan
Menyingkirkan Pasar Tradisional
Pangan atau
makanan merupakan kebutuhan primer yang sangat mendasar yang dibutuhkan
manusia. Pada awal peradaban manusia (zaman purba) hampir semua kebutuhan
manusia di penuhi oleh masing-masing individu. Dengan semakin majunya peradaban
dan makin banyaknya kebutuhan dan beragamnya citarasa dari tiap-tiap individu.
Maka pemenuhan kebutuhan akan pangan pun dapat dipenuhi oleh individu itu
sendiri dan juga dipenuhi oleh orang lain. Dalam hal ini sudah dapat
dikelompokan apa yang dinamakan produsen (pangan) dan konsumen (pangan)
Dengan
perkembangan yang ada, berdasarkan prinsip yang dianut produsen pangan dapat di
kategorikan ke dalam dua bentuk, yaitu produsen yang menganut prinsip
perorangan dan produsen yang menganut prinsip waralaba atau biasa dikenal
dengan franchise. Salah satu contoh dari produsen yang menganut prinsip
perorangan yaitu warung/kedai makan pecel lele yang hanya ada di satu tempat
dan tidak memiliki cabang lain, biasanya pemilik warung/kedai yang satu dengan
yang lain beda kepemilikan/pengelola dan tidak saling terikat dalam bentuk
apapun (termasuk perjanjian khusus). Sedangkan contoh dari produsen yang
menganut prinsip waralaba/franchise merk
dagang “Pecel lele lela” meskipun kepemilikan dari tiap warung/kedai beda
kepemilikan tetapi setiap warung ini memiliki ikatan/perjanjian dengan induk si
pemegang merk dagang yang dimaksud.
Waralaba menurut Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan
Republik Indonesia No. 259/MPR/Kep/7/1997 Tentang Ketentuan dan Tata Cara
Pelaksanaan Pendaftaran Usaha Waralaba, yaitu waralaba adalah perikatan dimana
salah satu pihak diberikan hak untuk memanfaatkan dan atau menggunakan hak atas
kekayaan intelektual atau penemuan atau ciri khas usaha yang dimiliki oleh
pihak lain dengan suatu imbalan berdasarkan persyaratan yang ditetapkan dalam
rangka menyediakan dan atau penjualan barang dan jasa.
Pengertian waralaba menurut PP RI No. 42 Tahun 2007 tentang waralaba,
(Revisi atas PP No. 16 Tahun 1997 dan Keputusan Menteri Perindustrian dan
Perdagangan No. 259/MPR/Kep/7/1997 Tentang Ketentuan dan Tata Cara Pelaksanaan
Pendaftaran Usaha Waralaba), waralaba adalah hak khusus yang dimiliki oleh
orang perorangan atau badan usaha terhadap sistem dengan ciri khas usaha dalam
rangka memasarkan barang dan/atau jasa yang telah terbukti hasil dan dapat
dimanfaatkan dan/atau digunakan oleh pihak lain berdasarkan perjanjian
waralaba.
Definisi waralaba secara umum dapat diartikan sebagai pengaturan bisnis
yang memiliki perusahaan (pewaralaba atau franchisor) memberi/menjual hak
kepada pihak pembeli atau penerima hak (terwaralaba atau franchisee) untul
menjual produk dan atau jasa perusahaan pewaralaba tersebut dengan peraturan
dan syarat-syarat lain yang telah ditetapkan oleh pewaralaba.
Definisi waralaba lainnya adalah suatu strategi sistem, format bisnis,
dan pemasaraan yang bertujuan untuk mengembangkan jaringan usaha untuk mengemas
suatu produk atau jasa. Waralaba juga dapat pula diartikan sebagai suatu usaha
yang bertujuan untuk memenuhi keinginnan atau kebutuhan konsumen yang lebih
luas.
Pada umumnya, terwaralaba akan menjualkan barang atau jasa yang dimiliki
oleh pemilik waralaba. Pemilik perusahaan waralaba adalah pemberi hak atau izin
atas waralaba sedangkan franchise atau terwaralaba yang membeli atau yang
menerima hak waralaba.
Waralaba dapat dibagi menjadi dua:
· Waralaba luar negeri, cenderung lebih
disukai karena sistemnya lebih jelas, merek sudah diterima diberbagai dunia,
dan dirasakan lebih bergengsi.
· Waralaba dalam negeri, juga menjadi salah
satu pilihan investasi untuk orang-orang yang ingin cepat menjadi pengusaha
tetapi tidak memiliki pengetahuan cukup piranti awal dan kelanjutan usaha ini
yang disediakan oleh pemilik waralaba.
Di Indonesia, sistem waralaba mulai dikenal pada tahun
1950-an, yaitu dengan munculnya dealer kendaraan bermotor melalui pembelian
lisensi. Perkembangan kedua dimulai pada tahun 1970-an, yaitu dengan dimulainya
sistem pembelian lisensi plus, yaitu franchisee
tidak sekedar menjadi penyalur, namun juga memiliki hak untuk memproduksi
produknya
Saat ini, sistem waralaba yang berkembang pesat di negara-negara
indrustri maju adalah waralabaritail
maupun waralaba rumah makan siap saji. Begitupun dengan di
negara berkembang seperti Indonesia, waralaba ritail seperti Alfamart,
Indomart, Circle K, Yomart, mengalami pertumbuhan yang sangat signifikan.
Begitupun waralaba rumah makan siap saji, seperti pecel lele lela, warung
steak, KFC, breadtalk, dan lain-lain.
Kini, tercatat
ada sekitar 1.010 waralaba. Menurut data dari Departemen Perdagangan, omset
1.010 Waralaba tersebut mencapai Rp 81 triliun per tahun. Omset tersebut
berasal dari waralaba asing sebesar Rp 38,8 triliun dengan 260 pewaralaba, dan
waralaba lokal sebesar Rp 45,5 triliun dengan 750 pewaralaba. Pertumbuhan
waralaba di Indonesia dari tahun ke tahun diprediksi bakal mengalami kenaikan
lebih signifikan. Diperkirakan angka pertumbuhannya mencapai 10-15 persen per
tahun.
Menurut Komisaris Pendidikan Asosiasi Franchise Indonesia (AFI) Erwin Halim, bidang usaha makanan dan minuman masih mendominasi bisnis waralaba di Indonesia saat ini. “Aneka usaha makanan dan minuman ini sudah menjadi tren waralaba dari tahun lalu, dan perkiraannya tahun depan juga masih akan menjadi bisnis yang paling diminati” tutur Erwin di sela-sela International Franchise, License, Businnes Concept Expo (IFRA) 2010 , di Jakarta Convention Centre (JCC), Senayan, Jakarta, beberapa waktu lalu.
Menurut Komisaris Pendidikan Asosiasi Franchise Indonesia (AFI) Erwin Halim, bidang usaha makanan dan minuman masih mendominasi bisnis waralaba di Indonesia saat ini. “Aneka usaha makanan dan minuman ini sudah menjadi tren waralaba dari tahun lalu, dan perkiraannya tahun depan juga masih akan menjadi bisnis yang paling diminati” tutur Erwin di sela-sela International Franchise, License, Businnes Concept Expo (IFRA) 2010 , di Jakarta Convention Centre (JCC), Senayan, Jakarta, beberapa waktu lalu.
Di sisi lain,
menurut Amir Karamoy, Ketua Dewan Pengarah Waralaba dan Lisensi Indonesia
(WALI), tren waralaba asing yang masuk ke Indonesia mengalami penurunan. Sampai
bulan Oktober 2010, sedikitnya ada sekitar 14 hingga 17 waralaba asing baru
yang masuk ke Indonesia. Jumlah itu lebih rendah dibandingkan dengan tahun 2008,
yang mencatat pendaftaran 38 waralaba asing. Sedangkan pada tahun lalu, ada
sekitar 20 perusahaan asing yang mengajukan izin waralaba.
Kunci keberhasilan bisnis waralaba adalah kekuatan merek, sebelum mewaralabakan usahanya
hendaknya setiap pengusaha mendaftarkan terlebih dahulu merek dagangnya ke
kantor Merek di Ditjen Hak Kekayaan Intelektual (HKI) Indonesia, maka dengan
demikian jika kita telah memiliki merek yang terdaftar peluang untuk
mewaralabakan usaha kita akan lebih terjamin kepastian hukumnya. Selain itu
penerima waralaba akan mempercayai sistem waralaba yang ditawarkan, karena
pemilik waralaba memiliki merek dagang yang terdaftar. Bisnis waralaba tidak
mengenal diskriminasi. Pemilik waralaba (franchisor) dalam menyeleksi
calon mitra usahanya berpedoman pada keuntungan bersama, tidak berdasarkan
SARA.
Faktor yang sangat penting
dari keberhasilan bisnis franchise makanan di Indonesia yaitu kekuatan
permintaan konsumen. Hal ini ditunjang oleh daya beli mereka. Tingginya tingkat
pertumbuhan daya beli konsumen dapat dilihat dari produk domestik brutto yang
datanya penulis peroleh dari sumber BPS seperti pada tabel 1.
Tabel 1. Produk Domestik Bruto – Nilai ( Miliar
rupiah )
Periode Nilai
2000
Mar. 324.232,15
Jun. 336.314,05
Sep. 360.783,18
Dec. 368.440,21
2001
Mar. 397.956,38
Jun. 424.077,42
Sep. 433.905,23
Dec. 428.341,46
2002
Mar 454.395,34
Jun. 466.922,36
Sep. 491.030,05
Dec. 485.452,21
2003
Mar. 516.820,13
Jun. 515.704,45
Sep. 530.011,34
Dec. 524.221,79
2004
Mar. 552.253,40
Jun.
573.962,60
Sep. 599.007,80
Sumber: www.bps.go.id, Pebruari 2005
Dari data di atas tampak bahwa produk domestik bruto bangsa Indonesia mengalami
kenaikan terus menerus sejak tahun 2000. Hal ini menjadi pendorong yang kuat
akan keberhasilan bisnis makanan di Indonesia karena daya beli masyarakat meningkat
Selain itu
dilihat dari produk domestik brutto sektor perdagangan, hotel yang mempunyai
restoran serta restoran saja, diperoleh data seperti tabel 2.
Tabel 2. Produk domestik Bruto
Menurut lapangan Usaha Atas Dasar Harga Berlaku Sektor Perdagangan,
Hotel&Restoran, Restoran (Miliar rupiah)
Periode
Nilai
2000
Mar. 7.348,4
Jun.
7.541,6
Sep. 7.688,3
Des. 7.889,1
2001
Mar. 7.521,2
Jun. 7.670,5
Sep. 8.395,4
Des. 10.167,2
2002
Mar. 12.702,5
Jun. 14.433,6
Sep. 15.459,1
Des. 16.031,4
2003
Mar. 15.844,8
Jun. 15.687,7
Sep. 15.548,0
Des. 15.823,5
2004
Mar. 15.733,72
Jun. 17.031,18
Sep. 17.406,12
Sumber : www.bps.go.id, Pebruari 2005
PDB sektor perdagangan hotel dan restoran juga mengalami kenaikan terus menerus.
Hal ini membuktikan bahwa bisnis makanan
terus berkembang dan potensial demand akan terus bertumbuh. Hal ini menyebabkan
motivasi pertumbuhan bisnis makanan
baru, terus berlanjut.
Beberapa
alasan para pelaku pasar (dalam hal ini produsen) untuk menggunakan sistem
waralaba adalah :
1. Meningkatnya
permintaan dari konsumen akan produk makanan. Dengan meningkatnya permintaan
ini mendorong pertumbuhan waralaba yang cuku tinggi, demikian juga produsen
yang menganut sistem non waralaba.
2. Kebutuhan
dasar konsumen untuk mendapatkan suatu produk dengan harga terjangkau/murah.
Untuk pemenuhan kebutuhan ini, beberapa produsen menganggap sistem waralaba
lebih berpengalaman untuk menentukan harga. Karena telah memiliki sistem yang
jelas dan telah memiliki pengalaman sebelumnya. Artinya tidak membutuhkan lagi
biaya-biaya percobaan, karena telah
dilakukan sebelumnya. Sehingga dapat menekan biaya yang berdampak pada harga
produk
3. Meningkatnya
kepuasan yang diharapkan oleh kosnumen terhadap mutu suatu produk, seperti :
penampilan bersih, rapi, menyenangkan, bergengsi, makanan yang enak, dan bergizi.
Dalam keadaan “kurang informasi”, misalnya saat bepergian, orang cenderung akan
memilih franchise karena di mana pun pelayanan, produk, dan harganya sama. Dgn
makan di gerai McDonald misalnya, seorang konsumen lebih mendapat kepastian
ketimbang mencoba-coba lokasi makanan yg sama sekali baru yg berisiko harus
membayar harga tinggi tapi dgn rasa yg pasaran.
4. Makanan
merupakan kebutuhan primer. Lebih dari itu, makan-makan kini justru menjadi
life style. Semakin
bertebarannya tayangan kuliner di tv dan menjamurnya mal hingga ke pelosok
daerah jelas sangat mendukung tren ini.
5.
Resiko kegagalan usaha yang biasa
dihsadapi oleh para pengusaha yang berusaha membangun bisnis dengan sistem
sendiri adalah resiko kegagalan sistem itu sendiri. Sudah menjadi hal yang umum
diketahui bahwa tidaklah mudah untuk menciptakan suatu sistem yang mantap dan
berhasil guna. Adapun yang dimaksud dengan sistem di sini adalah suatu sistem
yang komprehensif dengan segenap sub-sistemnya, seperti sub-sistem marketing,
sub-sistem produksi, sub-sistem keuangan dan administrasi, hingga sub-sistem
sumber daya manusianya. Dengan membeli
hak waralaba dari waralaba yang sudah ada di pasaran, bisa dikatakan bahwa
terwaralaba juga telah membeli sistem yang ada dalam waralaba tersebut,
sehingga terwaralaba tidak perlu menciptakan sistem sendiri karena tinggal
mengaplikasikan sistem yang sudah ada dan sudah terbukti berhasil.
6.
Bisnis
waralaba tidak mengenal diskriminasi. Pemilik waralaba (franchisor) dalam menyeleksi calon mitra usahanya berpedoman
pada keuntungan bersama, tidak berdasarkan SARA
- waralaba makanan begitu sukses karena dunia kuliner di negeri ini begitu kaya raya. Hasil alam kita banyak yg bisa diubah menjadi kudapan yg mampu memikat lidah. Karena itu pula, banyak orang optimistis bahwa franchise lokal akan mampu menjadi tuan rumah di negeri sendiri.
- waralaba mampu meningkatkan gengsi sejumlah makanan tradisional. Siapa yg tidak suka makan ketela atau singkong? Dgn waralaba, makanan yg tadinya biasa saja ini bisa “naik pangkat” dgn merek generik “tela-tela” dan terbukti disukai banyak orang.
- skala franchise makanan juga sangat lebar dari investasi miliaran per outlet hingga jutaan rupiah saja untuk kelas kaki lima. Yg cilik pun hasilnya tetap “maknyuss” karena penyebarannya bisa relatif cepat.
Adapun yang menjadi permasalahan dalam usaha pemberberdayaan ekonomi
rakyat yang diakibatkan oleh menjamurnya bisnis waraaba yang modern ini akan
mematikan usaha lokal yang bermodal kecil. Persaingan yang tidak seimbang ini
secara langsung mematikan peluang usaha masyarakat kecil, dan pengusaha kecil
didorong untuk selalu kreatif dalam menggali potensi pasar dan membuat pasar sendiri
sebagai penyaluran atas hasil produksinya.
Persaingan usaha antara pemilik modal besar (dalam hal ini franchisor),
khususnya di kota-kota kecil Indonesia secara tidak langsung telah mematikan
sumber pendapatan ekonomi masyarakat kelas bawah. Persaingan yang timpang ini
lambat laun mematikan pasar tradisional yang telah ada dan menggiring
masyarakat untuk merubah kebiasan dalam memperoleh setiap kebutuhannya.
Peralihan ini menyebabkan struktur hubungan sosiologis masyarakat melalui
interaksi secara langsung berkurang drastis.
Akhirnya, untuk menyelaraskan antara social benefit dan social
cost yang ditimbulkan oleh semakin maraknya bisnis waralaba, pemerintah
sebagai regulator seharusnya mampu membuat kebijakan yang dapat
mengakomodir kepentingan kedua pihak tersebut. Peran itu dilakuan melalui
kebijakan-kebijakan proteksionis terhadap usaha kecil perseorangan serta
membatasi ruang gerak waralaba di beberapa daerah. Salah satu upaya yang bisa
dilakukan adalah dengan menerapkan kebijakan berdasarkan populasi suatu daerah.
Misalnya dengan memberikan pembatasan jumlah jenis usaha yang satu perusahaan
sejenis dalam satu daerah.
DAFTAR PUSTAKA
Pulat. (2011). Bagaimana Untung Rugi Dalam Waralaba makanan.
Tersedia : http://kamissore.blogspot.com/2011/01/bagaimana-untung-rugi-dalam-waralaba.html.
(17 Desember 2012)
Siputro. (2012). Franchise Makanan
Lebih Menguntungkan. Tersedia : http://ipcorner.wordpress.com/tag/alasan-memilih-bisnis-franchise/. (17
Desember 2012)
Wikipedia. (2012). Waralaba.
Tersedia : http://id.wikipedia.org/wiki/Waralaba.
(20 Desember 2012)
Mazwahid. (2011). Pengertian
Waralaba atau Franchise. Tersedia : http://kampus.marketing.co.id/2011/12/27/pengertian-waralaba/. (20
Desember 2012)
Mmionline. (2012). Pengertian
Waralaba. Tersedia : http://www.mmionline.net/Pengertian-Waralaba.html.
(20 Desember 2012)
Gudangwirausaha. (2011). Pengertian
Waralaba | Kemitraan |Waralaba | Franchise. Tersedia : http://gudangwirausaha.wordpress.com/2011/06/05/pengertian-waralaba-kemitraan-waralaba-franchise/.
(20 Desember 2012)
Hiday18. (2009). Waralaba. Tersedia
: http://hiday18.wordpress.com/2009/07/06/waralaba/. (20 Desember 2012)
Nurlina, S.E., M.Si.
(2011). Bisnis Waralaba dan Pembangunan Ekonomi Rakyat. Tersedia : http://inspirasitabloid.wordpress.com/2011/07/01/bisnis-waralaba-dan-pembangunan-ekonomi-rakyat/ (20
Desember 2012)
Gunawan, Hendra. (2010). Serbuan
Waralaba Asing Mulai Surut. Tersedia : http://peluangusaha.kontan.co.id/news/serbuan-waralaba-asing-mulai-surut-1/2010/11/01.
(21 Desember 2012)
Langganan:
Postingan (Atom)