Kamis, 01 Agustus 2013

BATA, RIWAYATMU KINI



D E S K R I P S I

PT Sepatu Bata Tbk (BATA) didirikan tanggal 15 Oktober 1931. Perusahaan adalah anggota Bata Shoe Organization (BSO) yang mempunyai kantor pusat di Lausanne, Switzerland. BSO merupakan produsen terbesar penghasil sepatu di dunai yang beroperasi di banyak negara, menghasilkan serta menjual jutaan pasang sepatu setiap tahun.
Merk Bata sebenarnya diambil dari nama pendirinya, Tomas Bata, pengusaha asal Cekoslovakia. Nama Kalibata sendiri punya sejarah lain. Konon nama itu muncul karena sungai di kawasan itu kerap dilalui rakit pembawa batu bata dari Bogor menuju Jakarta. 
Sepatu Bata masuk ke Tanah Air sejak 1931 lewat jalur impor, didatangkan dari Singapura (dulu Malaya). Pengimpornya adalah perusahaan penyalur sepatu NV Nederlandsch-Indische di kawasan pergudangan Tanjung Priok. 6 tahun kemudian, Tomas Bata, sang pemilik, membangun pabrik raksasa di tengah-tengah perkebunan karet di Kalibata. Banyak warga sekitar (Rawajati, Kalibata) yang turuntemurun bekerja di Bata. 
Dari sinilah bisnis sepatu Bata menyebar ke seluruh pelosok Tanah Air. Waktu itu sepatu kulit dan karet jadi andalan. Hampir 90% bahan baku dipasok dari dalam negeri. Bata menikmati masa jaya hingga era 1980. Hampir semua orang yang besar di era itu pernah menjajal sepatu ini. 
Pada 24 Maret 1984, perusahaan associate dari Bata Shoe Organization yang berpusat di Lusanne, Swiss, itu tercatat di Bursa Efek Jakarta sebagai PT. Sepatu Bata Tbk. Di tengah serbuan merek sepatu yang membanjiri Tanah Air, Bata yang kini dipegang oleh generasi ketiga, Thomas G. Bata, berusaha bertahan dengan mengedepankan kualitas yang sudah digaungkan secara turun-temurun dan harga terjangkau. Dua strategi ini membuat perusahaan modal asing itu tak jatuh diguncang badai krisis ekonomi yang menghajar Indonesia pada 1997-1998. 

Pada 2008 mereka memindahkan pabrik dan pusat distribusi dari Kalibata ke Purwakarta. Bata kini mengeluarkan merek alternatif seperti North Star, Power, Bubblegummers, dan Marie-Claire. Distribusi pemasaran terus digenjot, dari mal besar sampai toko-toko Bata di pinggir jalan
Saat ini PT. Sepatu Bata berada di dua tempat, yaitu Kalibata(telah di pindah ke Purwakarta) dan Medan. Keduanya menghasilkan 7 juta pasang alas kaki setahun yang terdiri dari 400 model sepatu, sepatu sandal, dan sandal baik yang dibuat dari kulit, karet, maupun dan plastik. Sebelum tahun 1978, status Bata di Indonesia adalah perusahaan penanaman modal asing (PMA), sehingga dilarang menjual langsung ke pasar. Bata menjual melalui para penyalur khusus (depot) dengan sistem konsinyasi. Status para penyalur tersebut diubah dan pada 1 Januari 1978, yaitu saat izin dagang Bata "dipindahkan" kepada mereka dan PT Sepatu Bata menjadi perusahaan penanaman modal dalam negeri (PMDN).
Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, Perusahaan adalah bergerak di bidang usaha memproduksi sepatu kulit, sepatu dari kain, sepatu santai dan olah raga, sandal serta sepatu khusus untuk industri, dan impor dan distribusi sepatu. Perusahaan juga aktif melakukan ekspor sepatu.

 
P E R M A S A L A H A N

Permasalahan yang dihadapi bata diantaranya sebagai berikut :
1.        Pergeseran Selera Konsumen
Dimana dulu konsumen memilih sepatu yang dapat dipakai sesuai fungsinya dan awet dipakai. Tapi sekarang, konsumen tidak hanya melihat fungsinya, tetapi lebih mencari sepatu yang fashionable.
Konsumen menilai sepatu bata awet, tetapi hal ini justru di konotasikan dengan model-model kuno dan konservatif
2.        Positioning yang Tidak Jelas
Selama ini positioning Bata terus menggelinding dan terkesan dibiarkan saja, dianggap sebagai produk murah untuk kalangan menengah ke bawah, padahal saat ini banyak merek-merek sepatu terkenal lainnya di pasaran. Hal ini jelas tidak menguntungkan bagi sepatu Bata
3.        Persaingan Bisnis Sepatu yang Makin Ketat
Semakin banyaknya bisnis sepatu yang semakin beragam ditambah dengna masuknya merek sepatu internasional yang menggempur pasar Indonesia, membuat pelanggan sepatu Bata beralih ke merek-merek sepatu lain yang lebih sesuai dengan mereka.
 
A N A L I S I S    

Bisnis sepatu yang semakin marak di Indonesia menimbulkan persaingan yang sehat di industry tersebut. Hal ini harus disikapi positif oleh manajemen sepatu bata. Semakin meredupnya penjualan sepatu Bata dikarenakan kurangnya promosi dan periklanan, padahal promosi dan periklanan merupakan unsure yang sangat penting dalam memasarkan suatu produk, dan produk sepatu termaasuk produk sensitive iklan.
Sepatu Bata masih enggan berkampanye besar-besaran seperti pesaingnya atau dengan membangun citra korporat lewat strategi komunikasi yang luas. Sepatu Bata masih tetap menggunakan tema Back to School yang sudah dipakai sekitar 10 tahun.
Kurang gencarnya promosi dan periklanan sepatu Bata membuat positioning Bata menurun, sehingga memudarkan keinginan konsumen untuk tetap loyal. Bata belum memiliki positioning yang jelas sehingga melemahkan citra merek Bata itu sendiri
Adapun solusi dari permasalahn tersebut yaitu :
·         Sepatu Bata harus lebih gencar berkampanye periklanan, karena berhasil tidaknya pemasaran sepatu banyak ditentukan sukses tidaknya kampanye periklanan. Hal ini telah dilakukan sepatu Bata dengan menggunakan penyanyi Nugie, karena dianggap mewakili target anak-anak sekolah. Nugie pun cukup disenangi anak-anak dan mempunyai citra positif
·         Pergeseran selera konsumen terhadap sepatu Bata dapat diatasi dengan lebih memperbanyak lagi model sepatu. Adapun sepatu Bata telah memperoleh sebanyak mungkin lisensi sepatu. Terdapat lebih dari 10 lisensi yang ada pada sepatu Bata, diantaranya North Star untuk sepatu bergaya, Power dan All Star untuk sepatu olahraga, Marie Claire untuk sepatu wanita, Bubblegummers untuk sepatu anak-anak, Weinbrenner untuk sepatu santai pria, Hawaranas untuk sepatu santai dan olahraga, Emozini, Comfit, untuk sandal wanita, serta Panama Club, King street (sepatu pria bergaya)
·         Selain meningkatkan kualitas produk, sepatu Bata juga meningkatkan kualitas SDM dengan memberikan pelatihan kepada karyawan dan para penyalur mandiri (mitra outlet). Untuk penyalur mandiri, Bata menangani sendiri, khususnya yang berkaitan dengan stok barang, display barang dan promosi, maupun system pengelolaan outlet

 
K E S I M P U L A N

Untuk dapat bangkit dan meraih kembali masa kejayaannya, Bata harus melakukan manuver pemasaran yang tepat. Diantaranya Bata harus berani melakukan kampanye periklanan, karena produk yang dipasarkan Bata merupakan produk yang sensitif terhadap iklan. Bata harus inovatif dalam kampanye iklan ini. Tidak melakukan iklan dan tagline yang monoton.
Selain itu memperbanyak model sepatu yang diproduksi juga akan dapat menggairahkan kembali penjualan produk Bata. Karena selera konsumen telah bergeser dari yang dulu hanya menginginkan ketahan dan keawetan suatu produks, sekarang lebih menekankan pada fashionable produk yang digunakan konsumen.
Beberapa langkah yang diambil untuk menghadapi masalah yang dihadapi oleh Bata saat ini telah tepat, tinggal terus meningkatkan intensitas dan menjaga ritme yang masih harus terus dipelajari dan dijaga kekonsistenannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar